Ironi Pendidikan di Indonesia

Gambaran pendidikan di Indonesia yang mungkin pernah Anda rasakan saat bersekolah di sekolah Anda selama ini. Indonesia adalah negara yang beragam budayanya. Orang-orang yang telah mengenyam pendidikan pasti memiliki cerita menarik selama di sekolah. Tidak seperti kakek dan nenek kami yang lahir sebelum kemerdekaan Indonesia yang menceritakan kesulitan mereka dalam mencari dan mengakses sekolah, di era pasca kemerdekaan Indonesia setiap orang “beruntung” sudah mulai merasakan manfaat sekolah. Terutama di era revolusi industri 4.0 saat ini, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya sekolah dan pendidikan di Indonesia.

Dengan banyaknya jenis dan fungsi sekolah di Indonesia, pilihan untuk anak-anak menjadi sangat beragam. Mereka dapat memilih sesuai dengan anggaran yang dimiliki oleh orang tua. Bagi yang kurang beruntung finansial, sekolah negeri bisa menjadi pilihan karena biaya pendaftarannya gratis. Namun demikian, masih diperlukan biaya lain untuk mendukung kesejahteraan guru. Hal ini merupakan realitas dalam sistem pendidikan di Indonesia saat ini.

Di beberapa sekolah di Indonesia, terdapat ironi dalam sistem pendidikan yang mungkin telah dirasakan oleh banyak orang. Salah satu contohnya adalah ketidakapresiasi terhadap pertanyaan dan jawaban dari siswa, yang bertentangan dengan pepatah bahwa malu bertanya sesat di jalan. Namun terkadang pertanyaan yang diajukan oleh siswa justru membuat mereka merasa bingung. Mungkin itu ungkapan yang patut kami pertimbangkan ketika bersekolah di sebuah institusi pada masa lampau.

Hal ini bahkan masih relevan hingga saat ini. Saat seorang siswa tidak memahami pelajaran, dia bertanya kepada guru. Namun, beberapa guru membalas dengan tidak pantas atau kurang menghargai siswa. Keadaan seperti ini dapat menciptakan trauma bagi siswa, kadang-kadang memerlukan waktu yang cukup lama bagi siswa untuk berani bertanya. Respon guru yang demikian hanya akan memperburuk situasi dan membuat hal kecil menjadi negatif. Dampaknya terhadap psikologis siswa adalah click here mereka merasa sia-sia untuk bertanya jika tanggapan guru tidak baik. Perkara sepele seperti ini terkadang luput dari perhatian guru. Semua itu perlu dilihat dari sisi kemanusiaan, meskipun guru adalah manusia juga namun harus tetap menjaga profesionalisme sebagai pendidik. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk dihargai sesuai dengan pekerjaannya.

Rekan sekelas yang terkadang melecehkan mungkin dengan nada bercanda, tetap tidak pantas dilakukan.

Pentingnya sikap seperti ini terlihat dari sebuah kasus di mana seorang guru meminta siswanya untuk maju ke depan kelas dan membacakan jawaban yang sudah mereka tulis. Dalam berbagai kasus yang sering terjadi di lingkungan sekolah, saat seorang siswa memberikan jawaban yang salah, teman-temannya seringkali bereaksi dengan candaan, teriakan, dan sorak-sorai menyebutnya sebagai jawaban yang keliru. Semua respons yang ditunjukkan akan membuat anak-anak merasa rendah diri dan merasa bodoh di kemudian hari. Meskipun hal ini umum terjadi, manusia tidaklah terlepas dari kesalahan dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda.

Kemungkinan seorang anak tidak mahir dalam matematika, namun dapat memiliki keunggulan dalam menghafal informasi atau berprestasi dalam bidang olahraga dan hal lainnya. Oleh sebab itu, sikap adalah aspek terpenting dalam pendidikan. Selain itu, apresiasi terhadap guru juga memegang peranan penting karena kondisi yang sejahtera dan sukses bagi guru akan berdampak positif pada kemajuan pendidikan di sekolah.